Selamat Hari Buku Sedunia!
Besar dan tumbuh sebagai bocah yang malas membaca, menulis, apalagi menggambar, saya benar-benar merasa setengah merugi. Satu-satunya kemampuam linguistik saya yang bisa dibilang mumpuni hanya berbicara saja. Bahkan hingga umur saya lewat 20 tahun. Kalau boleh sedikit menggerutu, hal yang membuat saya menyesal adalah terlambatnya minat membaca (dan mungkin, menulis) saya untuk tumbuh. Baru ketika umur saya hampir 21 tahun, saya mulai menyadari betapa menyenangkannya melahap sebuah buku. Buku-buku yang saya baca pun tidak jauh-jauh dari urusan pendidikan formal saya. Itu pun lebih karena "terpaksa", bukan karena gemar. Maaf bapak ibu guru dan dosen, saya tau ini salah. Pikiran saya masih segar untuk mengingat buku non-eksakta pertama yang saya baca, karena waktunya memang belum terlalu lama. Adalah buku Simulakra Sepak Bola karangan Zen RS. Saat itu saya benar-benar dibuat tak berkedip ketika membaca sedikit garis besar dari buku...