Ujung Pengabdian Panjang Arsene Wenger Bersama Arsenal
One Arsene Wenger... There’s only one Arsene Wenger!
Keputusan
penting telah dibuat oleh Arsene Wenger. Ia memutuskan untuk mundur dari
jabatannya sebagai pelatih Arsenal di akhir musim ini. Untuk beberapa menit,
saya sempat tak bergeming ketika melihat pengumuman resmi klub di Twitter.
Saya
masih ingat betul waktu pertama kali saya menyuarakan tagar #WengerOut di
linimasa Twitter. Adalah kejadian semi-konyol hengkangnya Robin van Persie ke
rival. Bukan hanya rival klub –Manchester United--, tapi juga rival pribadi
Wenger, yaitu Sir Alex Ferguson yang kala itu menukangi United. Sejak saat itu,
saya mulai rutin untuk terus menggemakan kampanye #WengerOut di lini masa
Twitter. Meskipun itu tidak berdampak apapun ke Wenger pribadi.
Nyatanya,
rentang waktu rasa jengkel dan jengah saya terhadap Wenger yang cukup lama tak
serta merta membuat saya senang bukan kepalang ketika Wenger resmi mengundurkan
diri. Sampai tulisan ini dibuat, saya pun lebih merasakan aura sendu daripada
rasa senang dengan pengumuman tersebut.
Salah
satu alasannya adalah tentang dedikasi yang telah diberikan Wenger terhadap
Arsenal yang luar biasa besar. Wenger ditunjuk sebagai pelatih Arsenal sejak
tahun 1996, yang bahkan saya masih berusia balita saat Wenger mulai melatih
Arsenal. Bisa dibayangkan betapa anehnya mulai musim depan untuk pertama
kalinya saya tak lagi melihat sosok berwajah keriput dan beramput perak di
bangku pelatih Arsenal.
Merajut Sisa Kegemilangan sebagai
Kado Perpisahan Terbaik
Keputusan
sudah diambil. Kita sebagai pecandu sepak bola yang berjarak ribuan kilometer
dari Inggris tak bisa berbuat apapun kecuali menghormati keputusan Wenger.
Keputusan yang boleh jadi merupakan keputusan yang tepat, pada waktu yang tepat
pula.
Performa
Arsenal di Premier League selama tahun 2018 boleh dibilang sangat buruk.
Arsenal tak sekalipun menuai poin tandang pada tahun 2018 ini. Sekaligus
merupakan yang terendah di empat kasta seluruh liga Inggris. Saat ini, Arsenal
juga terancam tidak bisa lolos ke fase grup Champions League mendatang karena
masih terjerembab di posisi 6, terpaut 14 dengan Spurs di posisi 4.
Arsenal
tidak bisa untuk terus berada di kondisi seperti ini. Nama besar Arsenal
telanjur melekat dengan kejayaan dan raihan trofi. Cukup beralasan bila banyak
supporter menuntut mundur Wenger, meski masih menyisakan kontrak hingga tahun
2019 mendatang.
Beruntung,
penampilan Arsenal di Europa League cukup mengesankan. Menyingkirkan Ostersunds,
AC Milan, dan CSKA Moskow di babak knock
out, Arsenal berhasil melaju ke semifinal untuk menghadapi Atletico Madrid
pekan depan. Sekaligus menjadi peluang terbesar bagi Arsenal untuk tampil di
Champions League musim depan dengan menjuarai Europa League.
Europa
League menjadi satu – satunya harapan terakhir bagi Wenger untuk meraih trofi
musim ini, sekaligus trofi pamungkasnya bersama Arsenal. Tak dipungkiri lagi,
hal itu lah yang mendasari beberapa pemain mengakui begitu berhasrat menjuarai
Europa League demi akhir yang manis bagi sang professor.
“Ia
telah memberikan segalanya untuk klub, dan saat ini kami perlu untuk memberikan
jalan perpisahan yang terbaik baginya.” ungkap Jack Wilshere seperti dikutip
dari situs resmi klub.
Wenger
pula belum pernah sekalipun mencicipi gelar kampiun level Eropa. Europa League
memang turnamen kelas dua, selevel di bawah Champions League. Namun, cara apa
lagi yang mampu memberikan penghormatan terakhir baginya selain memenangkan
trofi tersebut?
22
tahun bukan waktu yang sebentar. Ia bahkan memecahkan rekor sebagai manajer
terlama yang menangani klub di Premier League. Raihan trofi klub silih berganti
datang dan pergi.
Tiga
titel Premier League, satu diantaranya merupakan trofi emas yang merupakan
simbol sebagai tim tak terkalahkan selama satu musim penuh, dan tujuh gelar
Piala FA berhasil ia raih. Jumlah yang bahkan sama seperti yang berhasil diraih
Chelsea dan Liverpool sepanjang sejarah keikutsertaan di FA Cup.
Tak
ada alasan lagi setiap pemain, staff, dan supporter Arsenal untuk tidak berada
tepat di belakang Wenger saat ini. Memberikan apa yang sebaik mungkin bisa
diraih di sisa akhir musim. Pun dengan supporter “maya”, dengan menurunkan
sedikit egonya. Tak ada lagi pengkubuan, tak ada lagi #WengerOut dan
#WengerStay, yang ada hanya lah satu kesatuan yang menginginkan Arsenal meraih
sisa kejayaan terakhir bersama Arsene Wenger.
**
Ucapan
perpisahan untuk Wenger terus mengalir. Dari mulai mantan pemain bintangnya,
Thierry Henry hingga mantan pemain gagalnya, Jeremie Aliadiere. Dari mulai
rival abadinya, Sir Alex Ferguson, hingga pelatih “baru” di Premier League, Pep
Guardiola. Inti dari semua pesan sama, bahwa rasa senang dan bangga pernah
bekerja sama dan bersaing dengan Wenger, serta mendoakan yang terbaik untuk
kesuksesannya selepas di Arsenal.
Hal
ini menunjukkan satu hal, bahwa sebaik dan seburuk apa pun prestasi yang telah
diperoleh, ketika kamu menunjukkan sikap yang baik dan hormat kepada lawanmu,
maka kamu akan mendapatkan rasa hormat dan kebaikan yang sama pula.
Wenger
mungkin memang bukan yang terbaik, tetapi ia adalah salah satu manajer terbaik
yang pernah ada untuk sepak bola.
For the Invincible ones, crowned
the league in Old Trafford and White Hart Lane, most trophies in FA Cup, and
trophyless for almost 9 years… Merci, Arsene!
-----------
p.s: Tulisan ini saya kirim dan dimuat pula di media sepak bola Nirbobol
-----------
p.s: Tulisan ini saya kirim dan dimuat pula di media sepak bola Nirbobol
Comments
Post a Comment