Ujung Pengabdian Panjang Arsene Wenger Bersama Arsenal



https://cdn-s3.si.com/s3fs-public/styles/marquee_large_2x/public/2018/04/20/arsene-wenger-exit-arsenal.jpg

One Arsene Wenger... There’s only one Arsene Wenger!

Keputusan penting telah dibuat oleh Arsene Wenger. Ia memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai pelatih Arsenal di akhir musim ini. Untuk beberapa menit, saya sempat tak bergeming ketika melihat pengumuman resmi klub di Twitter.

Saya masih ingat betul waktu pertama kali saya menyuarakan tagar #WengerOut di linimasa Twitter. Adalah kejadian semi-konyol hengkangnya Robin van Persie ke rival. Bukan hanya rival klub –Manchester United--, tapi juga rival pribadi Wenger, yaitu Sir Alex Ferguson yang kala itu menukangi United. Sejak saat itu, saya mulai rutin untuk terus menggemakan kampanye #WengerOut di lini masa Twitter. Meskipun itu tidak berdampak apapun ke Wenger pribadi.

Nyatanya, rentang waktu rasa jengkel dan jengah saya terhadap Wenger yang cukup lama tak serta merta membuat saya senang bukan kepalang ketika Wenger resmi mengundurkan diri. Sampai tulisan ini dibuat, saya pun lebih merasakan aura sendu daripada rasa senang dengan pengumuman tersebut.
Salah satu alasannya adalah tentang dedikasi yang telah diberikan Wenger terhadap Arsenal yang luar biasa besar. Wenger ditunjuk sebagai pelatih Arsenal sejak tahun 1996, yang bahkan saya masih berusia balita saat Wenger mulai melatih Arsenal. Bisa dibayangkan betapa anehnya mulai musim depan untuk pertama kalinya saya tak lagi melihat sosok berwajah keriput dan beramput perak di bangku pelatih Arsenal.

Merajut Sisa Kegemilangan sebagai Kado Perpisahan Terbaik
Keputusan sudah diambil. Kita sebagai pecandu sepak bola yang berjarak ribuan kilometer dari Inggris tak bisa berbuat apapun kecuali menghormati keputusan Wenger. Keputusan yang boleh jadi merupakan keputusan yang tepat, pada waktu yang tepat pula.

Performa Arsenal di Premier League selama tahun 2018 boleh dibilang sangat buruk. Arsenal tak sekalipun menuai poin tandang pada tahun 2018 ini. Sekaligus merupakan yang terendah di empat kasta seluruh liga Inggris. Saat ini, Arsenal juga terancam tidak bisa lolos ke fase grup Champions League mendatang karena masih terjerembab di posisi 6, terpaut 14 dengan Spurs di posisi 4.

Arsenal tidak bisa untuk terus berada di kondisi seperti ini. Nama besar Arsenal telanjur melekat dengan kejayaan dan raihan trofi. Cukup beralasan bila banyak supporter menuntut mundur Wenger, meski masih menyisakan kontrak hingga tahun 2019 mendatang.

Beruntung, penampilan Arsenal di Europa League cukup mengesankan. Menyingkirkan Ostersunds, AC Milan, dan CSKA Moskow di babak knock out, Arsenal berhasil melaju ke semifinal untuk menghadapi Atletico Madrid pekan depan. Sekaligus menjadi peluang terbesar bagi Arsenal untuk tampil di Champions League musim depan dengan menjuarai Europa League.

Europa League menjadi satu – satunya harapan terakhir bagi Wenger untuk meraih trofi musim ini, sekaligus trofi pamungkasnya bersama Arsenal. Tak dipungkiri lagi, hal itu lah yang mendasari beberapa pemain mengakui begitu berhasrat menjuarai Europa League demi akhir yang manis bagi sang professor.

“Ia telah memberikan segalanya untuk klub, dan saat ini kami perlu untuk memberikan jalan perpisahan yang terbaik baginya.” ungkap Jack Wilshere seperti dikutip dari situs resmi klub.

Wenger pula belum pernah sekalipun mencicipi gelar kampiun level Eropa. Europa League memang turnamen kelas dua, selevel di bawah Champions League. Namun, cara apa lagi yang mampu memberikan penghormatan terakhir baginya selain memenangkan trofi tersebut?

22 tahun bukan waktu yang sebentar. Ia bahkan memecahkan rekor sebagai manajer terlama yang menangani klub di Premier League. Raihan trofi klub silih berganti datang dan pergi.

Tiga titel Premier League, satu diantaranya merupakan trofi emas yang merupakan simbol sebagai tim tak terkalahkan selama satu musim penuh, dan tujuh gelar Piala FA berhasil ia raih. Jumlah yang bahkan sama seperti yang berhasil diraih Chelsea dan Liverpool sepanjang sejarah keikutsertaan di FA Cup.

Tak ada alasan lagi setiap pemain, staff, dan supporter Arsenal untuk tidak berada tepat di belakang Wenger saat ini. Memberikan apa yang sebaik mungkin bisa diraih di sisa akhir musim. Pun dengan supporter “maya”, dengan menurunkan sedikit egonya. Tak ada lagi pengkubuan, tak ada lagi #WengerOut dan #WengerStay, yang ada hanya lah satu kesatuan yang menginginkan Arsenal meraih sisa kejayaan terakhir bersama Arsene Wenger.

**

Ucapan perpisahan untuk Wenger terus mengalir. Dari mulai mantan pemain bintangnya, Thierry Henry hingga mantan pemain gagalnya, Jeremie Aliadiere. Dari mulai rival abadinya, Sir Alex Ferguson, hingga pelatih “baru” di Premier League, Pep Guardiola. Inti dari semua pesan sama, bahwa rasa senang dan bangga pernah bekerja sama dan bersaing dengan Wenger, serta mendoakan yang terbaik untuk kesuksesannya selepas di Arsenal.

Hal ini menunjukkan satu hal, bahwa sebaik dan seburuk apa pun prestasi yang telah diperoleh, ketika kamu menunjukkan sikap yang baik dan hormat kepada lawanmu, maka kamu akan mendapatkan rasa hormat dan kebaikan yang sama pula.

Wenger mungkin memang bukan yang terbaik, tetapi ia adalah salah satu manajer terbaik yang pernah ada untuk sepak bola.

For the Invincible ones, crowned the league in Old Trafford and White Hart Lane, most trophies in FA Cup, and trophyless for almost 9 years… Merci, Arsene!

-----------

p.s: Tulisan ini saya kirim dan dimuat pula di media sepak bola Nirbobol

Comments

Popular posts from this blog

Elegi Bukit Jalil

Selamat Hari Buku Sedunia!